ROMANCE: NARUTO AND SAKURA UNDER THE RAIN







Disclaimer: Masashi Kishimoto
Naruto & Sakura Under The Rain
Sakura, tahukah kau bahwa kau adalah gadis paling beruntung?  Ya, kau gadis yang sangat beruntung karena mendapatkan pujaan hatiku.  Tahukah kau bahwa pemuda yang selalu menggenggam tanganmu saat berjalan adalah orang yang kusukai sejak SMP?  Tahukah kau akan itu?
Saat melihat pancaran safir itu padamu, aku yakin sekali bahwa Naruto sangat mencintaimu.  Mata safir itu selalu bersinar saat melihatmu.  Senyuman tulusnya selalu ia limpahkan padamu.  Belaian lembutnya pada rambut merah mudamu seakan-akan akan selalu melindungimu.  Tatapan lembut itu seakan-akan ingin memberikan seluruh hatinya padamu.  Kau sangat beruntung.
Sangat beruntung, sehingga aku merasa iri padamu.
Saat kau menangis, tangannya yang lembut itu akan menghapus butiran jelmaan derita dari matamu.  Dan belaian lembutnya padamu menenangkanmu dan menghangatkanmu sampai ke celah-celah hatimu dan membekas di sana.
*Romance*
Kali ini kau tersenyum.  Kau tersenyum seperti bunga sakura yang mekar di musim semi.  Kau begitu bahagia disampingnya, seakan-akan duniamu hanya ada dia.  Ibarat matahari yang menyinarimu dan selalu menghangatkanmu.
Bahagia, bukan?
Naruto, terima kasih.” Ucapmu lirih.
Kau dan dia tengah duduk bercengkrama di bawah pohon sakura di belakang sekolah, menatapi langit yang menjatuhkan titik titik air halus.  Pemandangan yang sangat indah bukan?
Ia mengeratkan genggamannya pada tanganmu.  “Kita akan selalu bersama, Sakura.” Ujarnya lirih.
Kau tersenyum miris mendengarnya. Ia tidak melihat ekspresi wajahmu saat ini, karena ia telah menjatuhkan kepala pirangnya di bahumu dan memejamkan matanya.  Menghayati kebersamaan kalian yang mungkin hanya akan menghitung hari.
Tahukah kau Naruto, disaat kau menutup mata dan merasakan kehangatan jemari gadismu bersama rintik hujan, ia pun menjatuhkan hujannya tanpa sepengathuanmu.  Naruto, tahukah kau bahwa satu kalimat yang kau ucapkan cukup untuk membuat gadis itu mengerti akan perasaanmu, sehingga ia tak kuasa untuk menyakitimu lebih dari ini.
*Romance*
Sakura, tahukah kau bahwa hari ini kau akan kehilangan Matahari-mu?
Kau tak akan tahu.  Ya, kau tak akan tahu apa yang terjadi nanti.
Kau mungkin tidak ingin melihat mata safir itu kecewa, tapi nyatanya kaulah penyebab mata itu menatapmu penuh kekecewaan.  Kau tahu, saat seorang pria yang tiga tahun lebih tua darimu itu menggandeng tanganmu, tangan Naruto terkepal kuat.  Ia membenci pria yang dengan mudahnya menggenggam tanganmu seperti dirinya menggenggam tanganmu.
“Sakura,” suara itu terdengar bergetar menahan marah dan sedih.
“Na… Naruto…” lirih kau ucapkan itu.
Pria disampingmu menatap Matahari-mu dengan pandangan tajam dan terlihat tidak suka.  “Sakura, siapa dia?”
“Uh… maaf, aku akan bicara dengannya sebentar.”
Dengan tidak rela, pria disampingmu melepaskan genggaman tangannya padamu dan membiarkanmu berjalan menjauh dengan Matahari-mu.  Kau berdiri didepannya dengan tubuh gemetaran dan menahan tangis, ditemani rintikan kecil air yang halus, persis seperti saat itu.
Siap atau tidak kau harus mengatakannya bukan?
“Maaf.” Ucapmu lirih.
Dia menatapmu sinis.  “Untuk apa?”
“Aku…” kata-katamu terhenti.
Naruto, tahukah kau bagaimana gadis dihadapanmu ini mencoba setegar mungkin menghadapi sikapmu saat ini?
 “Siapa dia?”  lagi-lagi nada sinis terdengar.
Sakura, bersabarlah. Aku yakin kau bisa melakukannya.
Kau menatap mata safir itu penuh dengan keberanian.  “Di… dia…. tunanganku.”
Rintikan kecil itu semakin banyak.  Langit pun berubah menggelap.
ZRAAAASSSSH…
Kau menatapnya dengan pandangan sendu.  Suara hujan tidak membuatmu menghentikan penjelasanmu.  “A… aku… dijodohkan.”
Rambut panjangmu kini basah sudah.  Sehingga air-air yang menuruni wajahmu menyamarkan air matamu yang tumpah begitu banyak.  Ia menatapmu tajam.  Mencoba mencari kebenaran dalam mata emerald terangmu yang kini terlihat redup, seakan-akan kehilangan cahayanya.
“Naruto… maaf.” Kau mencoba meredam isak tangismu.  Kau bersyukur pada hujan yang menggantikanmu untuk berteriak merana.  “Aku tidak bisa menolak permintan orang tuaku.”
Kau dan dia terdiam.
Melihat tunihat terdiam.
nolak permintan orang tuaku.”anganmu berada tak jauh darimu dan dia tengah berdiri sambil memegang payung hitam, kau menepuk pundak Matahari-mu.  “Aku harap kau menemukan seseorang yang tak akan meninggalkanmu.”
Kalian terdiam.  Kau memutuskan untuk beranjak ke arah tunanganmu, namun langkahmu terhenti saat dia mengucapkan sesuatu padamu, “Tidak apa-apa.  Asalkan kau bahagia, maka… aku pun akan bahagia.”
Dan tahukah kalian?  Hujan tidak hanya memberikan kesan romantis yang manis dan menyenangkan.  Tapi hujan dapat juga menyisakan kesedihan dan kehilangan.